IDUL ADHA 1433H


%% HARI RAYA QURBAN IDUL ADHA 1433 H DI ACEH %%

Pagi ini, kamis 25 Oktober 2012, merupakan hari pertama libur Idul Adha 1433H tahun 2012. Kebanyakan orang tidak mengistimewakan hari raya ini, namun bagi kami di Aceh, Hari Raya Idul Adha sama pentingnya dengan Hari Raya Idul Fitri yang dimeriahkan oleh seluruh muslim di seluruh pelosok diunia.
Aceh, sangat sakral dengan nuansa islami, hal ini terbukti dengan meriahnya Hari Raya Idul Adha dengan berbagai macam perayaan di setiap tahunnya. Pawai Takbiran yang dipusatkan di Mesjid Raya Baiturrahman, hingga kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk memeriahkan dan memanfaatkan momentum Idul Adha untuk peningkatan kualitas iman. Dari orang tua, dewasa, hingga anak-anak semua hanyut dalam nuansa kegembiaraan Hari Raya Qurban ini.
Megang, adalah tradisi turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang kami di aceh. Megang adalah H-1 sebelum puasa Ramadhan, H-1 sebelum Hari Raya Idul Fitri dan H-1 sebelum Hari Raya Idul Adha. Hari ini adalah H-1 sebelum Hari Raya Idul Adha, yan jatuh pada tanggal 26 Oktober besok.
Dari kota Banda Aceh, aku bersiap-siap untuk pulang ke kampung di Gampong Umong Seuribee Kec Lhoong, kab. Aceh Besar, 50 Kilo Meter arah barat Kota Banda Aceh. Tradisi kami, setiap hari Meugang seluruh keluarga diharapkan untuk pulang dan berkumpul bersama. Selain itu, yang menjadi ciri khas hari Meugang adalah masak daging di setiap rumah, setiap keluarga di Aceh. Karena itu, permintaan daging sapi dan kerbau di Aceh pada hari Meugang meningkat yang membuat harga daging itu melambung tinggi..(Hehe, sekedar ilmu ekonominya dikit).
Dalam benakku sudah terbayang Ibu ku sedang memasak daging di kampung, aku bergegas berkemas dengan mempersiapkan pakaian dan segala perlengkapan serta kabutuhan untuk pulang. Sebelum berangkat, ku sempatkan diri untuk mengganti oli motor tua kesayangan ku, untuk mendukung kelancaran perjalanan nanti.
Setelah semuanya beres, perjalanan dimulai. Sengaja kecepatan motor ku kuperlambat hingga aku dapat santai sambil menikmati pemandangan indah di kiri kanan, apalagi saat mendaki dan menuruni jalan di Gunung Paro dan Gunung Kulu yang terkenal tinggi, dengan jurang-jurang curam di kiri kanan, serta tikungan-tikungan tajam yang mengharuskan pengendara dan pengemudi harus extra hati-hati.
Tiba di kampung, bergegas aku ke dapur dan menyantap nasi dengan masakan daging khas Ibu ku. Selesai itu, aku beristirahat dan tertidur karena lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh.

Salah satu pemandangan sunset jalan Banda Aceh - Lhoong

%% HARI RAYA dan QURBAN %%
Gema takbir berkumandang, aku baru saja selesai mandi dan berwudhu untuk shalat Idul Adha, ku kenakan baju koko putih dan kain sarung bermotif hijau. Ku lilitkan kain sal di leher sambil bercermin. Diiringi gema takbir, ku ayunkan langkah menuju Mesjid yang terletak sekitar 700 Meter dari rumah ku. Di perjalanan aku bertemu beberapa teman dan saudara yang juga akan melaksanakan shalat Idul Adha.
Mesjid Baitussalam, merupakan kebanggaan masyarakat di Kampung kami. Mesjid ini dibangun pada bulan Maret 2004, artinya pembangunan Mesjid ini sekitar 9 bulan sebelum Tsunami melanda seluruh pesisir Aceh pada 26 Desember 2004. Kini mesji ini masih dalam pembangunan, namun Alhamdulillah berkat kerjasama dan kedermawanan ummat, kini mesjid ini sudah dapat digunakan untuk shalat berjamaah, walau penyelesaian nya masih jauh dari sempurna. Kini, Ayah ku dipercaya masyarakat untuk memimpin sebagai Imam Mesjid Kebanggaan Ummat tersebut.
Selesai shalat dan mendengarkan khutbah, kami saling bersalam-salaman dan bermaafan, kemudian langsung pulang untuk bermaafan dengan kedua Orang Tua ku dan semua keluarga kami. Suasana begi indah dan bahagia, sungguh momentum spesial untuk bersilaturrahmi. Kami saling bercanda dan tertawa bersama sambil menyantap hidangan yang disediakan Ibu.
Tamu-tamu mulai berdatangan, dari orang tua hingga anak-anak, dari Ustad hingga Rocker berdatangan dan bersilaturrahmi ke rumah, kami pun terlarut dalam suasana Hari Raya, layaknya Hari Raya Idul Fitri juga.
Keesokan harinya, hari ke 2 Idul Adha, dilaksanakan penyembelihan hewan qurban oleh panitia qurban Mesjid Baitussalam. 2 ekor kerbau yang diqurbankan, kemudian dibagikan kepada yang berhak di Kampung kami.
Sebagai Imam Mesjid, Bapak ku kebagian sebuah kepala kerbau, namun Bapak hanya menerima setengahnya, agar setengahnya dapat diberikan kepada yang lain yang membutuhkan. Sampai di rumah, aku ditugaskan untuk membereskan kepala kerbau tersebut. Meski belum terbiasa, akhirnya aku berhasil juga menguliti dan memisahkan tulang dan dagingnya setelah hampir 3 jam berjibaku kepala bertandu itu.
Keesokan harinya, hari ke 3 Idul Adha, aku kembali ke Banda Aceh. Kembali beraktifitas seperti biasa, dengan semangat baru dan membawa sejuta kenangan indah lebaran Idul Adha 1433 H di kampung bersama keluarga tercinta.

Penulis : Karyadi Monikeun (Banda Aceh)
                                             





Post a Comment

Tuliskan Komentar anda di sini

Previous Post Next Post