Coretan Kisah Sebuah petualangan
Dari pelabuhan Ulee Lheu, kisah
perjalanan wisata ini dimulai. Tepat jam 09.00 Wib kami serombongan tiba di
pelabuhan. Menurut jadwal, kapal akan berangkat tepat pukul 09.30 Wib.
Pulau
Sabang, menjadi tujuan wisata kami kali ini, pulau yang kini menjadi tujuan
utama para wisatawan, baik lokal maupun internasional. Berbagai keindahan alam
tersaji di sana. Mulai pemandangan darat dan pegunungan, hingga keindahan laut
dan kekayaan alam bawah laut menjadi keindahan utama yang menjadi idaman para
wisatawan di sana.
Sang
ketua rombongan kami datang dan menginformasikan bahwa kami akan berangkat
tepat pukul 09.30, sementara di luar ruang tunggu, sebuah kapal mulai siap-siap
berangkat sambil membunyikan sirene 3 kali berturut-turut pertanda kapal akan
segera berlayar. Beberapa orang diantara kami coba melihat ke luar dan bertanya
pada ketua rombongan bahwa mungkin itu kapal yang akan membawa kami berlayar.
Namun dengan tenang sang ketua rombongan menjawab bahwa kapal kami akan
berlayar jam 09.30.
Spontan
saja, salah satu diantara kami dengan setengah berteriak mengatakan bahwa
itulah kapal yang sesuai jadwalnya dengan yang tercantum di tiket, jam 09.30.
Sekarang pas jam 09.30. jadi apa yang terjadi?
Ternyata
jam tangan sang ketua rombongan kami masih menunjukkan jam 09.10. Langsung kami
berlari ke luar dan mendekati dermaga, di sana terlihat kapal sedang memutar haluan
dan siap berlayar.
Langsung
sang ketua mendekati petugas di pelabuhan dan menyatakan bahwa kami juga
merupakan penumpang kapal itu, akhirnya setelah dilakukan komunikasi lewat
Handy Talky (HT) antara petugas pelabuhan dengan sang kapten dan nahkoda di
kapal, kapal pun kembali merapat ke dermaga, kami segera masuk. Ternyata masih
ada beberapa penumpang lainnya yang bernasip sama dengan kami.
Setelah
semua masuk ke kapal, kapal mulai berlayar mengarungi laut luas menuju ke pulau
Sabang. Rasa was-was dan takut menyelimuti para penumpang, karena dalam
beberapa hari ini kondisi cuaca buruk diiringi angin sering berhembus kencang.
Sempat
beberapa kali kapal terasa sedikit oleng, namun seorang sahabat di samping ku
mengatakan bahwa ini masih dalam kategori wajar. Dari balik jendela di sebelah
kanan, terlihat ombak-ombak muncul seolah mengajak kami untuk turut berayun
bersama.
Setelah berdo’a atas keselamatan
pelayaran ini, kucoba tenangkan diri dengan mendengarkan lagu-lagu lewat
headset. M2M, Brian Adams , Avril Lavigne, Wali Band yang romantis, Ai Otsuka
dengan lagu jepangnya, Cyndi Wang dengan hits mandarin, hingga Scorpion dengan
musik kerasnya menemani pelayaran, hingga tak terasa kapal mendekati dermaga di
pelabuhan Balohan Sabang setelah pelayaran sekitar 45 menit.
Di Balohan, 5 unit mobil telah di
siapkan untuk wisata kami, perjalanan pun dilanjutkan menuju Iboih, pantai
eksotik yang menjadi tujuan utama wisata Sabang. Menurut agenda, penginapan
kami pun ada di sana.
Namun belum sampai 1 Km kami berjalan,
sebuah tanjakan yang lumayan tinggi memaksa mobil yang kami tumpangi berhenti,
sebagian muatan, makanan dan minuman terpaksa dipindahkan ke mobil yang lain,
sebagian penumpang pun harus “Ngungsi” ke mobil yang lain, hingga tinggallah
kami ber 5 di mobil tersebut.
Segera kami mendorong mobil hingga
mencapai puncak pendakian yang jaraknya hampir mencapai 100 Meter. Dengan
terengah-engah kami berhasil melalui tantangan ini bersama, sambil tertawa,
dengan riangnya kami melanjutkan perjalanan.
Rombongan 4 mobil lainnya langsung
menuju ke Iboih dan beristirahat di penginapan, sementara kami menuju ke kota
Sabang, membeli nasi untuk makan siang.
Angin bertiup kencang, disertai hujan
lebat. Bungkus demi bungkus nasi terus disiapkan oleh beberapa pekerja di warung,
kami masih setia menunggu, jam menunjukkan pukul 12.30, beberapa teman yang
telah tiba di Iboih tak henti-hentinya menelepon kami dengan menyatakan
perasaan lapar mereka.
Setelah semua siap, kami pun
berangkat ke Iboih yang berjarak sekitar 50 Km dari kota sabang. Namun
perjalanan tak mulus seperti yang dibayangkan. Efek dari hujan lebat disertai
angin kencang, beberapa pohon tumbang, diantaranya menutupi badan jalan yang menuju
Iboih. Tepaksa kami berada di antara antrean panjang, beberapa warga kampung
memotong pohon tumbang dengan peralatan seadanya. Kami pun turun, diantara
hujan yang masih turun, kami berbaur dengan penduduk setempat membersihkan
badan jalan, disana juga terlihat seorang bule dengan antusiasnya membantu
warga.
Hampir setengah jam kami bekerja,
akhirnya jalan kembali bisa dilalui dengan normal. Handphone kami pun tak henti
berdering dengan panggilan teman-teman yang merintih lapar di sana. Di beberapa
ruas jalan, mobil harus berjalan ekstra hati-hati, masih ada beberapa titik
yang susah dilalui. Kondisi geografis Sabang dengan pegunungannya membuat kami
harus mendaki dan berbelok-belok menyusuri jalan sempit. Tak jarang di kiri
kanan terdapat jurang yang begitu terjal seakan menunggu kami, menambah nilai
ekstrem perjalanan kali ini.
Akhirnya, sekitar pukul 13.30 kami
tiba di Iboih, teman-teman langsung menyerbu kami untuk mendapatkan nasi dan
kami makan bersama sambil bercerita tentang perjalanan dan kondisi jalan yang
kami lalui. Mereka pun dapat memaafkan keterlambatan kami membawa nasi siang
mereka,.,hehehe,.,peeeace frieeend...
Setelah shalat dan beristirahat
sejenak. Kami berencana untuk nyebrang ke pulau Rubiah. Rubiah adalah pulau
kecil yang terpisah dari pulau Sabang, namun jaraknya tidak terlalu jauh ,
hanya sekitar 1 Km. katanya di seberang Rubiah itu terdapat pesona alam laut
yang sangat indah, dengan melakukan “Snockling”, maka pesona itu dapat
dinikmati dengan sempurna.
Tepat pukul 15.00, kami mulai
mengarungi laut yang memisahkan pulau Rubiah dengan Sabang. Tentunya setelah
menyewa peralatan untuk Snockling Rp. 30.000. Dengan menyewa 3 unit boat yang
memang disediakan untuk membawa wisatawan mengelilingi Rubiah.
Tiba di seberang Rubiah, kami turun
dan langsung melakukan Snokling. Aku butuh waktu untuk untuk itu, berkat
bimbingan beberapa teman yang sudah terbiasa, akhirnya aku bisa, (sebagai
catatan, untuk dapat melakukan snockling, harus terbiasa bernafas lewat mulut,
bukan hidung). Walau sudah bisa melakukan snockling, aku tetap waspada karena
aku tidak dapat berenang, dulu waktu kecil aku sangat dilarang ibu untuk
berenang bersama abang-abang ku ke laut. Sementara abang-abang ku tidak peduli,
sambil sembunyi-sembunyi mereka tetap mandi ke laut, kini setelah kami dewasa,
mereka dapat berenang, tapi aku hingga kini belum bisa.
Sekitar 10 menit aku membiasakan
diri menggunakan snorkel, tentunya dengan dibantu seorang teman, perlahan aku
mulai berani lebih jauh ke tengah laut dan Subhanallah, sungguh indah
pemandangan di bawah laut sana. Karang dan ikan-ikan yang berwarna-warni
menyapa kehadiran kami. Semakin ke tengah, semakin indah dan menakjubkan
keindahan alam laut yang dapat kami saksikan. Beberapa ekor ikan kadang-kadang
menghampiri dan seakan ingin berteman dengan ku. Sungguh pemandangan yang
spektakuler dan luarbiasa. Wajarlah kabanyakan wisatawan asing berduyun-duyun
kesini.
Seorang teman berteriak “Heey, disini pemandangan sangat mantaaaap”
teriaknya memberitahu kami. Ku coba mengayuh kaki dan tangan ku menuju ke sana,
lebih ke tengah laut, walau agak ketakutan tapi aku berusaha menjawab rasa
penasaran, ternyata benar. Ikan-ikan berwarna warni bergerombolan berenang di
antara karang-karang yang begitu mempesona. Sebelumnya aku hanya melihat di
televisi dalam acara Animal Planet atau acara-acara yang menayangkan keindahan
bawah laut. Tapi kali ini beda. Pemandangan bukan di layar kaca, tapi langsung
di depan mata.
Tanpa terasa sudah 2 jam lebih kami
bersnorkeling ria, kami pun menepi kembali ke pantai pulau Rubiah. Sambil
berfoto-foto dan mengeringkan badan, kami menyempatkan diri ngemil makanan yang
kami bawa. Sementara itu sang ketua rombongan menghubungi petugas boat yang
akan menjemput kami.
Di beberapa titik, petugas boat
memberi kesempatan pada kami untuk melihat keindahan bawah laut dengan
menempatkan kaca besar yang telah disediakan yang ditancapkan di lantai boat. Sungguh
luar biasa. Berbagai macam ragam jenis karang laut terlihat di sana. Berwarna-warni
dengan berbagai bentuk, ada juga berbentuk seperti batik. Sungguh mantap deh
pokoknya.
Tiba di penginapan, kami
membersihakan diri dengan mandi air tawar. Sambil menunggu magrib, kami saling
becanda dan tertawa bersama sambil menceritakan pengalaman snorkeling di tengah
laut lepas tadi. Sungguh pengalaman yang takkan terlupakan. Bersama menikmati
ciptaan Allah yang tiada bandingannya.
Canda demi canda mengiringi kami
menjemput datangnya malam, seiring terbenamnya mentari di sebelah barat. Hingga
hari pun perlahan mulai gelap dan mendung kembali menutup langit kota sabang
sore ini.
Pantai Paradiso, disinilah kami
menghabiskan waktu hampir 2 jam malam ini sambil menikmati secangkir teh
hangat, suasana begitu dingin menusuk tulang. Tapi tak ada yang mengeluh, semua
menikmati suasana malam ini. Kami duduk bersama, tak ada perbedaan di sana,
kami disatukan oleh canda-canda ringan dan cerita-cerita menarik, hingga tak
terasa jam menunjukkan pukul 22.00. Setelah membeli nasi, kami pulang kembali
ke penginapan di Iboih, HT menjadi andalan kami dalam berkomunikasi antara
rombongan mobil yang satu dengan mobil lainnya karena kondisi geografis pegunungan
dan sering kehilangan sinyal HP. Sering juga canda-canda terlontar lewat
komunikasi HT, hingga membawa suasana menjadi kian akrap.
Setelah menikmati makan malam,
agenda selanjutnya adalah memancing, kami sepakat untuk tidak tidur malam ini,
beberapa teman memilih bermain batu gaplek, ada juga yang hobby main catur,
masing-masing menghabiskan malam dengan hobbynya sendiri. Sementara itu, hobby
ku adalah menulis, namun karena aku tidak membawa laptop, maka aku memilih ikut
menemani teman-teman mancing di pesisir pantai.
Baru beberapa saat kami di sana, hujan pun turun disertai angin
kencang. Segera kami berlari dan langsung pulang kembali ke penginapan. Jam
menunjukkan pukul 00.00, rasa ngantuk tak terbendung hingga kami tertidur
lelap.
Pagi pun tiba dengan segala
nyanyian dan harapan baru, cuaca lumayan cerah, hingga kami sepakat untuk
kembali jalan-jalan ke tepi pantai yang indah. Setelah puas disana, menurut
agenda kami akan mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya, namun semua harus
dibatalkan karena kondisi cuaca yang mulai turun hujan lebat dan angin kencang.
Kami serombongan sepakat untuk
segera kembali ke Banda Aceh hari ini, rombongan pun bersiap, kuyakinkan
teman-teman se kamar agar tidak ada barang yang tertinggal di sana. Jam 11.00
kami berangkat ke Kota Sabang dan makan siang di sana.
Namun sebelum makan siang, kami
berkeliaran sebentar di Kota Sabang sambil mencari suvenir dan oleh-oleh khas
Sabang. Namun ada kejadian menarik di sana, saat kami bertiga jalan sambil
melihat-lihat oleh-oleh yang akan dibeli, salah satu teman tertinggal, namun
kami dapat melihatnya dari kejauhan. Di balik sebuah pot bunga di depan sebuah
toko, kami mengamati tingkah nya yang “Kegalauan” mencari kami sambil melihat
ke kanan dan kiri, sempat juga kami merekamnya dengan kamera HP, terlihat dia
merogoh sakunya dan mengambil HP, beberapa detik kemudian HP ku berbunyi,
ternyata teman kami itu menelepon, namun tak ku angkat, hingga tiga kali
panggilan, yang keempatnya terpaksa ku angkat karena kasihan melihat nya sangat
bingung dengan wajah pucat. Kami mengangkat tangan hingga dia melihat kami dan
sandiwara pun berakhir,,,hehe.,.Peeeace sobat, Cuma becanda yeee...
Hujan masih turun, kami dalam
perjalanan ke pelabuhan Balohan, jadwal nya kapal akan berangkat tepat pukul 16.00,
pukul 15.30 kami sudah tiba, segera kami masuk ke dalam kapal dengan harapan
kejadian “ditinggal kapal” tidak terulang kembali.
Tiga kali berturut-turut sirene
kapal dibunyikan, pertanda kapal akan segera berlayar. Tepat pukul 16.00 kapal
mulai bergerak dan pelayaran pulang pun dimulai. Dibalik jendela, kami dapat
melihat hujan yang jatuh disertai riak gelombang yang tidak terlalu besar. Di
kejauhan terlihat ujung pulau sabang yang perlahan semakin jauh hingga hilang
dari pandangan kami.
Seperti biasa, untuk menemani
pelayaran dan menghindari pikiran-pikiran negatif yang membuat takut dan
pusing, kudengarkan beberapa tembang lagu hingga perlahan aku terlelap.
45 menit kemudian kapal berlabuh
dengan selamat di pelabuhan Ulee Lheu, semua penumpang turun dan masing-masing
mencari keluarga yang menjemput atau ada juga yang memilih kendaraan umum dan
becak untuk mengantarkan mereka ke tempat masing-masing.
Demikian juga dengan kami
serombongan, semua kembali pulang dan berpisah di pelabuhan dengan harapan
besok dapat bertemu kembali di tempat kerja.
Inilah sepenggal coretan dari
pengalaman wisata Kota Sabang, sayangnya masih banyak tempat wisata yang belum
sempat terkunjungi di sana dikarenakan cuaca ekstrim yang tidak memungkinkan. Andai
saja kami dapat berkunjung lebih banyak tempat, pasti bakalan banyak coretan
yang dapat ku kisahkan di sini.
Namun tidak masalah, walau sebentar tapi ada beberapa pengalaman baru terukir di sana. Kekompakan, persahabatan dan saling membantu menjadi nilai tersendiri yang kami lukiskan di sana.
Namun tidak masalah, walau sebentar tapi ada beberapa pengalaman baru terukir di sana. Kekompakan, persahabatan dan saling membantu menjadi nilai tersendiri yang kami lukiskan di sana.
THANKS FOR ALL